Translate

Wednesday, 14 November 2012

Gas CFC (Chloro Fluoro Carbon)

Bismillaahirrahmanirrahiim

BAB I
PENDAHULUAN
                                                              

1.1   Latar Belakang
         Pada abad ke- 20 ini, jumlah pertumbuhan penduduk di dunia semakin meningkat. Hal ini diiringi dengan meningkatnya berbagai jenis kebutuhan hidup. Di mulai dari kebutuhan bahan pangan, sandang, dan papan. Di samping itu, untuk memberikan kenyamanan, kemewahan dan keindahan, manusia juga membutuhkan barang-barang tambahan, seperti televisi, kulkas, AC ( Air Conditioner ), telepon genggam, lukisan, mobil dan motor.
         Beberapa dari kebutuhan manusia tersebut dapat mengganggu keseimbangan alam. Seperti penggunaan kulkas dan AC ( Air Conditioner ). Dalam sistem kerja penggunaannya, kulkas dan AC mengandung gas Chlorofluorocarbon ( CFC ) dalam bentuk freon yang berfungsi sebagai pendingin. Gas CFC ini cukup berbahaya bagi bumi. Karena dapat merusak lapisan ozon bumi yang akan menyebabkan peningkatan suhu di bumi. Akibatnya bumi terasa sangat panas dan sering terjadi perubahan iklim yang tidak menentu.
         Pada zaman sekarang, umumnya setiap rumah setidaknya memiiki satu buah AC atau satu buah kulkas. Bahkan di kantor-kantor dan gedung-gedung bertingkat, memiliki  satu AC dan satu kulkas setiap ruangnya. Fungsi AC bagi masyarakat tersebut adalah sebagai pendingin ruangan dan pemberi kenyamanan. Sedangkan kulkas umumnya sebagai penyimpan makanan, agar tahan lama.
         Kebanyakan dari masyarakat kita terkadang kurang tepat dalam menggunakan AC dan kulkas. Seperti contohnya di perkantoran. Umumnya, AC yang ada di perkantoran justru membuat pekerjanya kedinginan. Padahal sirkulasi udara alami di ruangannya cukup bagus. Sikap yang seperti inilah yang akan menyebabkan terjadinya pemanasan global di bumi.
         Masih banyak masyarakat yang belum memahami tentang AC dan kulkas serta zat apa yang terkandung di dalamnya sehingga dapat menyebabkan pemanasan global. Oleh sebab itu, penulis berusaha untuk menjelaskan lebih detail tentang gas CFC yang terkandung dalam AC dan kulkas, yang berfungsi sebagai salah satu kontributor pemanasan global.

1.2   Ruang Lingkup Penulisan
   Dari berbagai macam jenis gas rumah kaca penyebab pemanasan global, penulis akan membahas mengenai gas CFC pada AC (Air Conditioner) dan kulkas, yang juga termasuk kontributor pemanasan global. Adapun ruang lingkup penulisan ini adalah sebagai berikut :
  1. Pemanasan global
  2. Efek rumah kaca
  3. Gas CFC dan Ozon
  4. Kegunaan gas CFC
  5. Sistem kerja AC dan Kulkas
  6. Dampak dan penanggulangan gas CFC

1.3   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.  Untuk memberikan informasi tentang pemanasan global ( global warming ).
2.  Untuk mengetahui pengertian efek rumah kaca.
3.  Untuk memberikan penjelasan tentang gas CFC, lapisan Ozon, kegunaan gas CFC, dampak dan penanggulangan gas CFC sebagai kontributor pemanasan global.
4.  Untuk mengetahui sistem kerja AC dan kulkas yang mengandung gas CFC.

1.4   Manfaat Penulisan
   Adapun manfaat dari penulisan ini adaah sebagai berikut :
1.  Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanasan global             ( global warming ) .
2.  Dapat mengetahui pengertian efek rumah kaca.
3.  Dapat menambah pengetahuan tentang gas CFC, lapisan ozon, kegunaan gas CFC, dampak dan penanggulangan gas CFC sebagai kontributor pemanasan global.
4.  Dapat mengetahui sistem kerja AC dan kulkas yang mengandung CFC.
 

 
 BAB II
PEMBAHASAN


2.1     Pemanasan Global
         Pemanasan global ( global warming ) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia".
         Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda (http://id.wikipedia.org/pemanasan-global).
         Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem dan peningkatan suhu secara global. Akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
         Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.


2.2     Efek Rumah Kaca
   Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2), dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke bumi :
1.      25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
  1. 25% diserap awan
  2. 45% diserap permukaan bumi
  3. 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
   Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
   Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan chlorofluorocarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca ( Supriadi, Sutrisno, 2007).

2.3         Gas CFC dan Ozon
         CFC adalah klorofluorokarbon, yaitu senyawa-senyawa yang mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya. Dua CFC yang umum adalah CFC-11 (Trichloromonofluoromethane atau freon 11) dan CFC-12 (Dichlorodifluoromethane).CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu beracun. Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan. Pada tahun 1970-an, zat-zat kimia seperti chlorofluorocarbon (CFC) dan hydrochlorofluorocarbon (HCFC) sudah menyebabkan penipisan lapisan ozon. Zat kimia perusak lapisan ozon ini sangat stabil, sehingga bisa mencapai stratosfer secara utuh. Ketika berada di stratosfer, zat kimia ini diubah oleh radiasi ultraviolet dari sinar matahari dan mengeluarkan atom-atom klorin perusak ozon. Setelah lapisan ozon menipis, jumlah bahaya ultraviolet yang mencapai bumi bertambah antara lain menyebabkan perubahan ekosistem, kanker kulit, dan katarak.
         Pada Protokol Montreal bulan September 1987, dicapai kesepakatan Internasional guna melindungi lapisan ozon. Kesepakatan itu antara lain produksi dan penggunaan CFC-11, CFC-12, CFC-113, CFC-114, halon, karbon tetraklorida, dan metil kloroform harus dihentikan, kecuali untuk penggunaan khusus. Selain itu, industri diharapkan mengembangkan bahan pengganti CFC yang bersahabat dengan ozon (ozone-friendly).
         Ozon (O3) adalah molekul yang terdiri dari tiga atom oksigen yang berbentuk gas pada suhu kamar. Ikatan antara atom oksigen dalam molekul ozon ini agak lemah dibandingkan dengan molekul oksigen yang terdiri atas dua atom (O2), sehingga salah satu dari ketiga atom oksigennya mudah lepas dan bereaksi dengan  molekul yang lain. Ozon merupakan bahan yang beracun. Gas ini sangat reaktif dan banyak digunakan untuk bahan pemucat  (bleaching), penghilang bau, dan sterilisasi.
         Ozon terutama terbentuk dan terurai di daerah ekuator di mana terdapat hutan tropis yang cukup luas. Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi menyaring radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang - lubang pada lapisan ozon.

2.4     Kegunaan Gas CFC
         Pada zaman sekarang, banyak sekali kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, barang yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang banyak sekali yang menggunakan CFC. Sebagian dari mereka menggunakan CFC dengan cara yang tidak terkira banyaknya. Selama bertahun-tahun, senyawa-senyawa kimia tersebut secara luas dipakai untuk pendingin ruangan (AC), media pendingin pada lemari es (kulkas), bahan pelarut, bahan dorong, dan proses pembuatan plastik.
         Selain itu CFC juga banyak digunakan sebagai blowing agent dalam proses pembuatan foam (busa), sebagai cairan pembersih (solvent), bahan aktif untuk pemadam kebakaran, bahan aktif untuk fumigasi di pergudangan, pra-pengapalan, dan produk-produk pertanian dan kehutanan.

2.5     Sistem Kerja AC ( Air Conditioner ) dan Kulkas
         Sistem dan mekanisme AC banyak dikembangkan oleh para ahli dan setiap perusahaan produsennya menawarkan berbagai keunggulan dalam setiap sistem yang dipakai. Keunggulan yang ditawarkan biasanya dalam hal pengoperasian dan energi yang digunakan baik sistem yang di luar ruangan (outdoor) juga sistem di dalam ruang (indoor). Secara garis besar prinsip kerja air conditioner adalah sebagai berikut :
1.   Udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang ada dalam evaporator dan udara bersentuhan dengan pipa coil yang berisi cairan refrigerant. Dalam hal ini refrigerant akan menyerap panas udara sehingga udara menjadi dingin dan refrigerant akan menguap dan dikumpulkan dalam penampung uap.
2.   Tekanan uap yang berasal dari evaporator disirkulasikan menuju kondensor, selama proses kompresi berlangsung, temperatur dan tekanan uap refrigerant menjadi naik dan ditekan masuk ke dalam kondensor.
3.   Untuk menurunkan tekanan cairan refrigerant yang bertekanan tinggi digunakan katup ekspansi untuk mengatur laju aliran refrigerant yang masuk dalam evaporator.
4.   Pada saat udara keluar dari kondensor udara menjadi panas. Uap refrigerant memberikan panas kepada udara pendingin dalam kondensor menjadi embun pada pipa kapiler. Dalam mengeluarkan panas pada kondensor, dibantu oleh kipas propeller.
5.   Pada sirkulasi udara dingin terus-menerus dalam ruangan, maka perlu adanya thermostat untuk mengatur suhu dalam ruangan atau sesuai dengan keinginan.
6.   Udara dalam ruang menjadi lebih dingin dibanding di luar ruangan sebab udara di dalam ruangan dihisap oleh sentrifugal yang terdapat pada evaporator kemudian terjadi udara bersentuhan dengan pipa/coill evaporator yang di dalamnya terdapat gas pendingin (freon). Di sini terjadi perpindahan panas sehingga suhu udara dalam ruangan relatif dingin dari sebelumnya.
7.   Suhu di luar ruangan lebih panas dibanding di dalam ruangan, sebab udara yang di dalam ruangan yang dihisap oleh kipas sentrifugal dan bersentuhan dengan evaporator, serta dibantu dengan komponen AC lainnya, kemudian udara dalam ruangan dikeluarkan oleh kipas udara kondensor. Dalam hal ini udara di luar ruangan dapat dihisap oleh kipas sentrifugal dan masuknya udara melalui kisi-kisi yang terdapat pada AC.
8.   Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di kondensor dengan mudah dicairkan dengan udara pendingin pada sistem air cooled atau uap refrigerant menyerap panas udara pendingin dalam kondensor sehingga mengembun dan menjadi cairan di luar pipa evaporator.
9.   Air atau udara pendingin menyerap panas dari refrigerant, sehingga air atau udara tersebut menjadi panas pada waktu keluar dari kondensor. Uap refrigerant yang sudah menjadi cair ini, kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi. Proses ini akan berulang kembali seperti di atas.
Sistem kerja kulkas sama dengan sistem kerja AC. Bedanya AC tidak memiliki bagian luar yang melindungi kotak pendingin. AC memanfaatkan dinding rumah kita untuk menjaga aliran udara dingin masuk serta aliran udara panas keluar. Sedangkan kulkas memiliki kotak pendingin yang bisa ditempatkan di dalam rumah.

2.6     Dampak dan Penanggulangan Gas CFC
   CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfer yang tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon. CFC sekarang ini telah digantikan oleh senyawa-senyawa yang lebih ramah lingkungan.
   CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5.000 kali lebih besar dibandingkan sebuah molekul karbondioksida. Di Indonesia, manifestasi pemanasan global, antara lain, terganggunya siklus hidro-orologis yang telah merusak sebagian besar Sumber Daya Air (SDA) di Indonesia.
   Baru-baru ini, Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) mempublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Bahwa selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0.15 - 0.30C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 ( 32 tahun dari sekarang ) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh.
   Jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di bumi ini. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersenggal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
   Ozon mengabsorpsi radiasi ultraviolet yang dipancarkan matahari. Radiasi ini mempunyai panjang gelombang di bawah 400 nm. Spektrum dari radiasi ini, yang terletak pada panjang  gelombang di antara 290 nm - 320 nm, lebih dikenal dengan istilah radiasi UV-B. Telah terbukti bahwa peningkatan dosis  radiasi UV-B yang mencapai bumi mengakibatkan meningkatnya kasus penyakit kanker kulit, menurunkan hasil panen, dan sangat mempengaruhi kehidupan plankton dan larva ikan laut. Di lapisan stratosfer ozon merupakan lapisan pelindung yang melindungi bumi dari spektrum radiasi matahari yang berbahaya untuk kehidupan.
   Tanpa adanya filter dari lapisan ozon, akan lebih banyak radiasi UV-B yang menembus atmosfer dan akan mencapai ke permukaan bumi. Beberapa studi eksperimen terhadap tumbuhan, binatang, dan uji klinis terhadap manusia menunjukkan adanya efek yang berbahaya bila terpapar radiasi UV-B secara berlebihan. Beberapa studi mendokumentasikan adanya efek yang berbahaya dari ozon terhadap produksi panen, pertumbuhan, hutan dan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, keberadaan ozon di atmosfer mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Mengingat hal tersebut maka keberadaan ozon di atmosfer harus selalu dipantau agar dapat diupayakan  tindakan-tindakan antisipasi yang diperlukan.
   Hidrofluorokarbon atau HCFC, yang lebih sedikit menyebabkan kerusakan lapisan ozon bila dibandingkan CFC, digunakan sementara sebagai pengganti CFC. 
   Sebenarnya penipisan ozon ini dipicu dari tingginya pemakaian CFC, namun guna menormalkan kembali kondisi ozon, diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak.  Tindakan yang dapat kita lakukan saat ini demi memelihara lapisan ozon, misalnya mulai mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi dari sinar UV ini. 
   Oleh sebab itu, diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak lapisan ozon. Bila tidak, maka proses penipisan ozon akan semakin meningkat dan mungkin saja akan menyebabkan lapisan ini tidak dapat dikembalikan lagi ke bentuk aslinya.
Walaupun begitu, tetap saja penggunaan CFC tidak akan mudah lepas begitu saja dari kehidupan manusia.  Penghapusan penggunaan CFC di Indonesia, tampaknya tidak mudah dilakukan.  Terutama karena alat-alat pendingin yang ada sekarang, misalnya kulkas dan AC, mayoritas masih menggunakan teknologi berbasis CFC.  Untuk mengantisipasi penggunaan CFC berlebihan, telah ditemukan cara yang dinilai sangat bermanfaat.  Yaitu melakukan daur ulang CFC dan mencari bahan alternatif pengganti.
Mendaur ulang CFC, dibutuhkan alat yang disebut recovery CFC. Alat canggih seharga 60 juta rupiah ini,  dinilai sangat membantu mengurangi kebocoran molekul CFC ke udara.  Cara kerja alat recovery CFC, sangat sederhana. CFC lama di dalam alat pendingin, tidak perlu lagi diganti. Cukup mendaur ulangnya, sehingga menghasilkan CFC baru. Dalam mengurangi dampak penggunaan CFC, tidak hanya dilakukan dengan cara daur ulang.  Dapat juga melalui penggunaan bahan alternatif pengganti.  Salah satu  bahan penggantinya adalah Hydro Fluoro Carbon atau HFC.

 BAB III
PENUTUP


3.1     Kesimpulan
         Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa gas CFC (Clorofluorocarbon) dapat merusak lapisan ozon bumi, sehingga gas CFC bisa berperan sebagai kontributor atau penyumbang terjadinya pemanasan global.


3.2     Saran
Penulis menyarankan kepada masyarakat atau pembaca, agar dapat menggunakan alat – alat yang mengandung gas CFC dengan tepat. Agar jumlah gas CFC yang akan merusak lapisan ozon semakin berkurang.


DAFTAR PUSTAKA

Fleagle, RG and Businger, JA: An introduction to atmospheric physics, 2nd edition, 1980.
http://id.wikipedia.org/wiki/pemanasan-global/ diakses hari Jumat 1 Juni 2012, pukul 13.00 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/efek-rumah-kaca/ diakses hari Jumat 1 Juni 2012, pukul 13.04 WIB.
http://www.yuqascreature.blogspot.com/2010/01/bahaya-gas-cfc.html diakses hari Jumat 1 Juni 2012, pukul 13.10 WIB.
Supriadi, Dedi, Sutrisno. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam SMK Kelas X. Bogor : Yudhistira.
Wood, R.W. (1909). Note on the Theory of the Greenhouse, Philosophical Magazine 17, page 319 – 320.


No comments:

Post a Comment