1. Untuk memberikan informasi dan penjelasan mengenai Vitamin C, Asetosal, dan Antalgin.
2. Untuk mengetahui prinsip analisis Vitamin C, Asetosal, dan Antalgin.
3. Untuk mengetahui cara melakukan analisis Vitamin C, Asetosal, dan Antalgin dengan berbagai metoda dan mampu mengaplikasikannya.
4. Untuk mengetahui kadar Vitamin C, Asetosal, dan Antalgin dalam sample.
5. Untuk mengetahui kecocokan kadar Vitamin C, Asetosal, Antalgin dalam sample dengan SNI yang ada.
Obat
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Obat dapat diklasifikasikan dalam banyak cara, atas dasar mekanisme aksi, efek dan status (legal atau tidak legal), di antaranya adalah sebagai berikut :
• Analgesik, obat pembunuh rasa sakit
o Non-NSAID antipiretik
Acetaminophen ( juga dikenal dengan parasetamol, atas atas nama dagang Tilenol), yang dapat menyebabkan masalah lever bila digunakan secara kronik
o NSAIDS
Aspirin atau ASA (acetylsalicylic acid), yang juga antipiretik
Ibuprofen (juga dikenal dengan nama dagang: Advil, Motrin, Nuprin and Brufen)
o Opioids, narkotik pembunuh rasa sakit yang kuat dan membuat ketagihan yang juga digunakan sebagai obat rekreasi karena efek euphoriknya.
Opiates
Morphine
Codeine
Sintetik dan setengah - sintetik opioids
Heroin
Oxycodone
Vicodin
Demerol
Darvocet
Tramadol
Fentanyl
• Obat rekreasi biasanya digunakan untuk mengubah emosi atau fungsi tubuh untuk rekreasi .
o Alcohol
o Nicotine
o Caffeine
o Hallucinogens (including LSD, Magic mushrooms and Dissociative drug)
o Cannabis
o MDMA
o GHB
o Heroin
o Cocaine
o Inhalant
• Entheogenic untuk membuat rasa mistik atau shamanistic
o Magic mushrooms
o Peyote
o Ayahuasca
o Amanita muscaria
o Salvia divinorum
o Datura
• Obat peningkatan performa (untuk olahraga atau perang).
o Amphetamine
o Ephedrine
o Cocaine
o Anabolic steroids
• Obat gaya hidup digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup
o Viagra
o Rogaine
o Antidepressant
• Obat Psychiatric
o Antidepressants
Prozac
Paxil
o Tranquilizers
Typical antipsychotic tranquilizers
Thorazine
Atypical antipsychotic tranquilizers
o Sedative
Valium
• Obat tradisional
Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat dengan rumus molekul C6H8O6 . Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini. Berikut rumus struktur vitamin C :
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation (GSH). Peranan asam askorbat sebagai koenzim belum dapat dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun (Sulaiman, 1995).
Asam askorbat ikut berperan pada kerja enzim-enzim prolil dan lisil hidrolakse serta pehidroksifenil-piruvat oksidase, dan pada pembentukan nondrenalin. Kebutuhan orang dewasa 60 mg lebih banyak dalm laktasi, 35 – 45 mg untuk bayi dan anak-anak. Peningkatan kebutuhan dapat terjadi karena stress (Robert, 1977).
Walaupun asam askorbat pasti banyak diperlukan pada metabolisme, ia dapat disintesis pada berbagai tumbuh-tumbuhan dan pada semua binatang yang diselidiki kecuali manusia dan primata lainnya dan marmut. Jalan dimengerti bahwa sistem pemindahan hidrogen peranan vitamin dalam system yaitu oksidasi tirosin. Salah satu reaksi analitik dipakai untuk vitamin c adalah reduksi kuantitatif zat warna. Vitamin c sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada menumbuk kentang (Harper, 1979).
Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur
2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu
3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan
4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C (Poedjiadi, 1994).
Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih muda (mentah) lebih banyak mengadung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang vitamin C-nya (Prawirokusumo, 1994).
Peranan vitamin C dalam tubuh
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Buah jeruk, salah satu sumber vitamin C terbesar. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri otot atau gangguan syaraf. Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan anemia, sering mengalami infeksi dan kulit kasar. Sementara kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila kelebihan vitamin C akibat penggunaan suplemen dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan batu ginjal, sedangkan bila kelebihan vitamin C yang berasal dari buah-buahan umumnya tidak menimbulkan efek samping.
Vitamin ini mudah larut dalam air sehingga bila vitamin yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Karena tidak disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis yang rata-rata dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90 mg/hari. Tapi bisa juga lebih tergantung kondisi tubuh dan daya tahan masing-masing orang yang berbeda-beda. Batas maksimum yang diizinkan untuk mengkonsumsi vitamin C adalah 1000 mg/hari.
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamin ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang sampai 81%, hasil ini masih dipertanyakan, tetapi pada penelitian terbaru kelebihan dosis vitaminC justru menyebabkan perubahan sel yang bisa mengakibatkan kanker.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat keadaan pecah-pecah di lidah scorbut, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
Makanan yang mengandung vitamin C umumnya adalah buah-buahan dan sayuran. Buah yang mengandung vitamin C tidak selalu berwarna kuning, misalnya pada jambu biji yang merupakan buah dengan kandungan vitamin C paling tinggi yang dapat kita konsumsi. Bahkan, pada beberapa buah, kulitnya mengandung vitamin C lebih tinggi daripada buahnya. Misalnya pada kulit buah apel dan jeruk walaupun tidak semua kulit buah bisa dimakan.
Untuk mengetahui kandungan vitamin C pada buah, berikut adalah tabel kandungan pada buah-buah yang umum kita temui dalam 100 gram.
Buah Kandungan Vitamin C
(mg/100 gr)
Jambu Biji 183
Kiwi
100
Kelengkeng 84
Pepaya 62
Jeruk 53
Melon 42
Anggur 34
Jeruk Mandarin 31
Buah Sukun 29
Mangga 28
Nanas 15
Pisang 9
Iodin dan iodium pada vitamin C digunakan sebagai indicator vitamin C, berperan penting dalam hidroksilisin prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentuk kolagen. Vitamin C merupakan reduktor kuat dan penentuannya dapat ditentukan dengan menggunakan titrasi yang digunakan adalah iodine berdasarkan sifat yang menentukannya. Indikator yang digunakan adalah amilum dengan standarisasi iodine yaitu 1 ml 0.01 N dan iodine ekivalen 0.8 asam askorbat (Poedjiadi, 1994).
Sifat vitamin C adalah:
1. Dalam bentuk kristal tidak berwarna
2. Larut dalam air dan sedikit larut dalam asetat atau alkohol yang mempunyai berat
3. Stabil pada pH rendah
4. Merupakan reduktoor kuat
5. Mudah teroksidasi
Aspirin (Asetosal)
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Bayer meupakan perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin (asam asetilsalisilat). Ide untuk memodifikasi senyawa asam salisilat dilatarbelakangi oleh banyaknya efek negatif dari senyawa ini. Pada tahun 1945, Arthur Eichengrun dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya.[6] Pada tahun 1897, Felix Hoffman berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin. Aspirin merupakan akronim dari:
A : Gugus asetil
spir : nama bunga tersebut dalam bahasa Latin
spiraea : suku kata tambahan yang sering kali digunakan
in : untuk zat pada masa tersebut.
Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia dan penyebab utama perkembangan industri farmateutikal. Bayer mendaftarkan aspirin sebagai merek dagang pada 6 Maret 1899. Felix Hoffmann bukanlah orang pertama yang berusaha untuk menciptakan senyawa aspirin ini. Sebelumnya pada tahun 1853, seorang ilmuwan Perancis bernama Frederick Gerhardt telah mencoba untuk menciptakan suatu senyawa baru dari gabungan asetil klorida dan sodium salisilat.[7]
Bayer kehilangan hak merek dagang setelah pasukan sekutu merampas dan menjual aset luar perusahaan tersebut setelah Perang Dunia Pertama. Di Amerika Serikat (AS), hak penggunaan nama aspirin telah dibeli oleh AS melalui Sterling Drug Inc., pada 1918. Walaupun masa patennya belum berakhir, Bayer tidak berhasil menghalangi saingannya dari peniruan rumus kimia dan menggunakan nama aspirin. Akibatnya, Sterling gagal untuk menghalangi "Aspirin" dari penggunaan sebagai kata generik. Di negara lain seperti Kanada, "Aspirin" masih dianggap merek dagang yang dilindungi.
Aspirin
Aspirin
Tatanama IUPAC
asam 2-asetilbenzoat
Pengenal
50-78-2
A01AD05 Templat:ATC, Templat:ATC
2244
APRD00264
Data kimia
C9H8O4
180.157 g/mol
cari di eMolecules, PubChem
2-acetyloxybenzoic acid
acetylsalicylate
acetylsalicylic acid
O-acetylsalicylic acid
Physical data
1.40 g/cm³
135 °C (275 °F)
140 °C (284 °F) (decomposes)
3 mg/mL (20 °C)
Data farmakokinetik
Rapidly and completely absorbed
99.6%
Hepatic
300–650 mg dose: 3.1–3.2 h
1 g dose: 5 h
2 g dose: 9 h
Renal
Pertimbangan terapi
C(AU) D(AS)
Unscheduled(AU) GSL(Britania Raya) OTC(AS)
Most commonly oral, also rectal. Lysine acetylsalicylate may be given IV or IM
Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini.
Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman, replika tablet aspirin raksasa dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran terbuka Deutschland, Land der Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide").
CARA KERJA ASETOSAL
Asam asetil salisilat atau asetosal banyak dijumpai dalam berbagai nama paten, salah satunya yang terkenal adalah Aspirin. Seperti halnya obat-obat analgesik yang lain, ia bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda.
Prostaglandin juga merupakan senyawa yang mengganggu pengaturan suhu tubuh oleh hipotalamus sehingga menyebabkan demam. Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari otak depan kita yang berfungsi sebagai semacam “termostat tubuh”, di mana di sana terdapat reseptor suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor ini menjaga tubuh agar memiliki suhu normal, yaitu 36,5 – 37,5 derajat Celcius.
Pada keadaan tubuh sakit karena infeksi atau cedera sehingga timbul radang, dilepaskanlah prostaglandin tadi sebagai hasil metabolisme asam arakidonat. Prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus, di mana hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini disebabkan karena termostat tadi menganggap bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam. Karena itu, untuk bisa mengembalikan setting termostat menuju normal lagi, perlu menghilangkan prostaglandin tadi dengan obat-obat yang bisa menghambat sintesis prostaglandin.
Efek samping asetosal
Selain memiliki efek utama sebagai obat anti radang dan turun panas, asetosal memiliki beberapa efek lain sebagai efek samping. Efek samping yang pertama adalah asetosal dapat mengencerkan darah. Karena asetosal bekerja secara cukup kuat pada enzim COX-1 yang mengkatalisis pembentukan tromboksan dari platelet, suatu keping darah yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Penghambatan sintesis tromboksan oleh asetosal menyebabkan berkurangnya efek pembekuan darah. Sehingga, asetosal bahkan dipakai sebagai obat pengencer darah pada pasien-pasien pasca stroke untuk mencegah serangan stroke akibat tersumbatnya pembuluh darah. Apa implikasinya? Karena dia memiliki efek pengencer darah, maka tentu tidak tepat jika digunakan sebagai obat turun panas pada demam karena demam berdarah.
Efek samping yang kedua dari asetosal atau Aspirin, dan sering menimpa anak-anak, adalah terjadinya Sindrom Reye, suatu penyakit mematikan yang menganggu fungsi otak dan hati. Gejalanya berupa muntah tak terkendali, demam, mengigau dan tak sadar. Banyak studi telah menunjukkan adanya hubungan antara kejadian syndrome Reye pada anak-anak dengan penggunaan aspirin. Angka kejadiannya tidak terlalu banyak, tapi sekali terjadi akibatnya sangat fatal. Sehingga, aspirin direkomendasikan untuk tidak digunakan sebagai turun panas pada anak-anak.
Efek samping asetosal yang ketiga sama dengan obat analgesik golongan AINS lainnya, adalah gangguan lambung.
Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Umumnya, obat-obatan analgetik adalah golongan obat antiinflamasi (antipembengkakan), dan beberapa jenis obat golongan ini memiliki pula sifat antipiretik (penurun panas), sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan. Contoh obat yang berada di golongan ini adalah parasetamol. Tetapi Antalgin lebih banyak sifat analgetiknya.
Umumnya, cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa neurotransmitter terentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri, sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
Setiap obat harus diatur dosisnya, apapun itu, terutama jika menyangkut usia. Hal ini karena selain luas permukaan tubuh yang berbeda-beda, juga fungsi organ tubuh bisa jadi berbeda. Misalnya, fungsi organ tubuh anak-anak yang dalam usia perkembangan belum sesempurna orang dewasa, dan fungsi organ tubuh manula bisa dikatakan sudah mengalami penurunan fungsi. Oleh karena itu terutama pada kedua golongan usia tersebut, anak-anak dan manula, dosisnya harus lebih diatur. Selain usia, pembagian dosis juga bisa berdasarkan berat badan, karena pada intinya, untuk bisa bekerja, obat harus berada di "site aktif"-nya, yang mungkin saja berada di hampir seluruh bagian tubuh, yang terjadi pada obat-obat berdosis besar (di atas 100mg per satu kali minum).
Antalgin tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang memiliki riwayat alergi terhadap obat-obat golongan NSAID seperti aspirin, parasetamol, dll. Karena pada umumnya obat golongan NSAID memiliki salah satu efek sebagai pengencer darah, maka pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan heparin atau obat-obatan pengencer darah lainnya, harus lebih berhati-hati, karena jika terjadi perdarahan, akan dapat mengakibatkan perdarahan yang lebih hebat. Untuk penderita sirosis hati, harus menggunakan dosis minimum jika mengkonsumsi antalgin. Dan pasien dengan gagal ginjal tidak direkomendasikan mengkonsumsi obat ini.
Dalam farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar: asam askorbat (vitamin C); natrium askorbat; metamipiron(antalgin); serta natrium tiosulfat dan sedian injeksinya (Gholib, 2007).
Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. Perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jeals dengan penambahan indicator amilum/kanji ( Shevla, 1997). Mekanisme yang tepat dalam pembentukan kompleks berwarna tidak dketahui. Akan tetapi diduga bahwa molekul iodium ditahan pada permukaan β- amilosa (sebuah unsure dari kanji. Unsure kanji yang lain α- amilosa atau amilopektin, membentuk kompleks kemerah-merahan dengan iodium yang tidak mudah dihilangkan warnanya ( Day dan Underwood, 1989).
Berbagai cara dilakukan untuk menentukan kadar suatu obat, tergantung dari struktur kimia dan sifat-kimia fisikanya. Antalgin dapat ditentukan secara titrimetri yaitu dengan metode titrasi. Titrasi idiometri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium ( Zega, 2009).
Titrasi oksidasi reduksi (redoks) merupakan salah satu jenis titrasi dimana titrasi berlangsung antara suatu oksidator pada buret sebagai penitrasi dan reduktor pada erlenmeyer atau sebaliknya. Pada reaksi oksidasi reduksi akan terjadi aliran elektron dari suatu reduktor ke suatu oksidator. (Wiryawan dkk, 2008).
Efek farmakokinetik dari metampiron adalah metampiron diabsorpsi dengan baik di salurang pencernaan, konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 30–45 menit dan masa paruh plasma dicapai dalam waktu 1- 4 jam. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan dieksresi melalui ginjal. Dosis untuk metampiron ialah tiga kali 0,3-1 gr sehari. Metampiron tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang mengandung 500 mg/ml (Banuerah, 2009).
Penetapan kadar antalgin dilakukan secara iodimetri. Metode ini cukup akurat karena titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang encer yaitu 0,001 N. iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksinya lebih rendah dari system larutan iodium. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai peniter dan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari system iodine-iodida dimana sebagai indicator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8). Pada antalgin , gugus –SO3Na dioksidasi oleh I2 menjadi –SO4Na.
Analisis ini disebut juga dengan analisis reaksi redoks. Oksidasi adalah proses proses pelepasan elektron dari suatu zat, sedangkan reduksi adalah proses penangkapan oleh suatu zat. Pada waktu melepaskan elektron suatu zat berubah menjadi bentuk teroksidasinya, karena itu zat itu bertindak sebagai zat pereduksi. Sebaliknya, zat pengoksidasi adalah zat yang menerima electron dan karena itu zat tersebut mengalami pereduksi.
Peristiwa atau reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah reaksi pelepasan hydrogen dari metampiron sampel (antalgin) yang bertindak sebagai oksidator yang melepaskan hydrogen. Metampiron mereduksi I2 sebagai larutan baku. Metampiron (antalgin) sendiri mengalami oksidasi sehingga I2 bertindak sebagai reduktor yang menangkap hidrogen.
Indikasi:
Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu:
- Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.
- Nyeri karena tumor atau kolik.
- Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.
- Demam tinggi yang tidak bisa diatasi antipiretik lain.
Kontra Indikasi:
Alergi dipiron, granulositopenia, porfiria intermiten, defisiensi G6PD, payah jantung, bayi < 3 bulan, hamil trisemester pertama dan 6 minggu terakhir.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Antalgin 500 mg.
Dosis:
Oral
Dewasa: 500 - 1000 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 3 gram sehari).
Anak-anak: 250 - 500 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 1 gram untuk < 6 tahun dan 2 gram untuk 6 - 12 tahun).
Parental
500 - 1000 mg sekali suntik. Jangan lebih dari 1 gram karena dapat menimbulkan syok.
Perhatian:
Pengobatan harus segera dihentikan bila timbul gejala pertama turunnya jumlah sel darah atau granulositopenia atau sakit tenggorokan atau tanda infeksi lain.
Hati-hati pada penderita yang pernah memiliki penyakit darah.
Jangan digunakan untuk kelainan yang ringan, masih ada obat lain yang lebih aman.
Efek Samping:
Infeksi lambung, hiperhidrosis.
Retensi cairan dan garam.
Reaksi elaergi cukup sering: reaksi kulit dan edema angioneurotik.
Efek samping yang berat: agranulositosis, pansitopenia dan nefrosis.
Interaksi Obat:
Bila digunakan bersama dengan klorpromazine, dapat menimbulkan hipotermia yang berat.
Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:
Jangan diberikan pada wanita hamil karena potensi karsigonik dari metabolit nitrosamin.
Penggunaan pada anak:
Jangan diberikan pada bayi kurang dari 3 bulan (atau BB < 5 kg).
Vitamin C
a) Secara Alkalimetri
Metode : Alkalimetri, yaitu suatu titrasi terhadap larutan – larutan asam atau larutan – larutan garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa.
Prinsip : Sampel dilarutkan dengan aquades dengan penambahan indicator pp, lalu dititrasi dengan larutan standar NaOH .
b) Secara Iodimetri
Metode : Iodimetri, yaitu suatu titrasi yang berdasarkan reaksi redoks dengan menggunakan larutan standar yodium ( I2 ).
Prinsip : Sampel dilarutkan dengan aquades bebas CO2, lalu dititrasi dengan I2 menggunakan indicator amilum.
Asetosal
a) Secara Tidak Langsung
Metode : Asidimetri, yaitu suatu titrasi terhadap larutan – larutan basa atau larutan – larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan standar asam.
Prinsip :Sampel direaksikan dengan NaOH, kemudian kelebihan NaOH dititrasi dengan larutan standar H2SO4 dan menggunakan indicator pp.
b) Secara Langsung
Metode : Alkalimetri, yaitu suatu titrasi terhadap larutan – larutan asam atau larutan – larutan garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa.
Prinsip : Sampel dilarutkan dengan etanol netral, kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH dan menggunakan indicator pp (phenolphtalein).
Antalgin
a) Suasana Netral
Metode : Iodimetri, yaitu suatu titrasi yang berdasarkan reaksi redoks dengan menggunakan larutan standar yodium ( I2 ).
Prinsip : Sampel dilarutkan dengan aquades, kemudian dititrasi dengan larutan standar I2.
b) Suasana Asam
Metode : Iodimetri, yaitu suatu titrasi yang berdasarkan reaksi redoks dengan menggunakan larutan standar yodium ( I2 ).
Prinsip : Sampel dilarutkan dengan aquades kemudian ditambahkan asam dan indicator amilum, lalu dititrasi dengan larutan standar I2.
ALAT :
1. Neraca analitik
2. Lumpang
3. Alu
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Gelas ukur 100 mL
6. Gelas ukur 50 mL
7. Botol semprot
8. Pipet takar 10 mL
9. Standar
10. Klem
11. Buret 50 mL
12. Pipet tetes
13. Gelas piala 250 mL
14. Botol timbang
15. Penangas air
16. Kompor gas
BAHAN :
1. Vitamin C
2. Asetosal
3. Antalgin
4. Aquadest bebas CO2
5. H2SO4 4 N
6. Indikator Amilum
7. Indikator PP
8. I2 0,1 N
9. Na2S2O3 0,1 N
10. K2Cr2O7 0,1 N
11. NaOH 0,1 N
12. NaOH 0,5 N
13. H2SO4 0,5 N
14. Etanol netral
15. HCl 0,02 N
A. Vitamin C ( secara iodometri )
B. Vitamin C ( secara alkalimetri )
C. Asetosal secara tidak langsung ( secara alkalimetri)
D. Asetosal secara langsung ( secara alkalimetri )
E. Antalgin dalam suasana netral
F. Antalgin dalam suasana asam
1. Vitamin C ( secara Iodimetri )
O = C -------- O = C ----------
| | | |
HO-C | C - I |
|| O + I2 C – I O
HO-C | | |
| | C-----------
H – C-------- |
| HO – C- H
HO-C-H |
| CH2OH
CH2OH
2. Vitamin C ( secara Alkalimetri )
C6H8O6 + NaOH C6H7O6Na + H2O
CH2OH CH2ONa
| |
H – C-OH H – C – OH
| O | O
O + NaOH H O + H2O
H / HO OH
OH OH
3. Asetosal Secara Tidak Langsung ( secara Asidimetri )
C C = O
OH | + H2O + NaOH
ONa
O – C = O + NaOH O – C = O
| |
CH3 CH3
2 NaOH (sisa) + H2SO4 Na 2SO4 + 2H2O
4. Asetosal secara Langsung ( secara Alkalimetri )
- C = O - C = O
| |
OH ONa + H2O
O – C = O + NaOH O – C = O
| |
CH3 CH3
5. Antalgin dalam suasana Netral
C6H5
|
N
NaSO3 – CH2 - N
2NaSO3 + I2 2NaI + 2SO2 + O2
6. Antalgin dalam suasana Asam
C6H5
|
N
NaSO3 – CH2 – N
2NaSO3 + I2 2NaI + 2SO2 + O2
a. Vitamin C ( secara Iodimetri )
Vitamin C kuning
Vitamin C + aquades bebas CO2 Kuning bening + H2SO4 larutan bening + indicator amilum bening I2 0,1 N muncul warna biru ( TAT ).
b. Vitamin C ( secara Alkalimetri )
Vitamin C Kuning
Vitamin C + aquades + indicator pp bening NaOH 0,1 N muncul warna pink seulas ( TAT ).
c. Asetosal secara tidak langsung ( secara asidimetri )
Asetosal Putih
Asetosal + NaOH putih bening + dipanaskan 10 menit berbuih ( bening kekuningan ) + indicator pp merah H2SO4 0,5 N muncul warna pink seulas ( TAT ).
d. Asetosal secara Langsung ( secara Alkalimetri )
Asetosal Putih
Asetosal + etanol netral bening + indicator pp bening NaOH 0,1 N muncul warna pink seulas ( TAT ).
e. Antalgin dalam suasana Netral
Antalgin putih
Antalgin + Aquades putih bening + indicator amilum bening I2 0,1 N muncul warna kuning ( TAT ).
f. Antalgin dalam suasana Asam
Antalgin Putih
Antalgin + aquades putih bening + HCl bening kehijauan + indicator amilum biru I2 0,1 N muncul warna ungu kebiruan ( TAT ).
a) Kadar vitamin C secara iodometri ( Mr =176,13 g/mol ; RM = C6H8O6 )
1 mL larutan I2 0,1 N sama dengan 8,806 vitamin C
b) Kadar vitamin C secara alkalimetri
1 mL larutan NaOH setara dengan 127,613 mg vitamin C
c) Asetosal secara langsung ( Mr = 180,16 g/mol ; Mr = C9H8O4 )
1 mL larutan NaOH 0,5 N setara dengan 45,04 mg asetosal
d) Asetosal secara tidak langsung
e) Antalgin dalam suasana netral (Mr = 351,37 g/mol ; RM = C13H16N3NaO4S.H2O ; BE = 175,685 )
f) Antalgin dalam suasana asam (Mr = 333,37 g/mol ; RM = C13H16N3NaO4S ; BE = 166,685 )
1 mL I2 0,1 N setara dengan 17,57 mg antalgin dan 16,67 mg antalgin anhidrat.
Dalam laporan ini kami hanya memfokuskan pada prinsip dan metoda analisis. Karena waktu dan keadaan yang kurang memungkinkan untuk membuat perhitungan analisis. Rumus – rumus pmerupakan rumus penentuan kadar masing – masing obat dengan berbagai cara.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa vitamin C, Asetosal, dan Antalgin tergolong dalam obat – obatan yang sering digunakan jika sakit. Dan untuk analisis, tidak di cantumkan di laporan ini, karena keadaan dan waktu yang kurang memungkinkan.
Baliwati, Y.F dan Ali, K., 2002. Penilaian Status Gizi.
Gandjar, I. G. & Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Http: //id.wikipedia.org /wiki /Aspirin
Http: //id.wikipedia.org / wiki / Vitamin C
Http : // id. Wikipedia.org / wiki / Antalgin
Harper, H.A., 1979. Biokimia. Diterjemahkan oleh Martin
M. EGC, Jakarta.
Lal, H. 2000. Biochemistry for Dental Students. CBS
Publishers and Distributor, New Delhi.
Poedjiadi, A., 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press,
Jakarta.
Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE,
Yogyakarta.
Robert, W.M., 1977. Biokimia. Airlangga University Press,
Semarang.
Suharjo, 1987. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
ReplyDeleteNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut