Bismillaahirrahmaanirrahiim
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Limbah
Limbah adalah zat atau
bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia (Ign Suharto, 2011
). Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan,
tanaman, atau sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah
hasil buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi lingkungan. Apabila
konsentrasi dan kuantitas melebihi ambang batas, keberadaan limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Adapun
karakteristik limbah secara umum menurut Nusa Idaman Said, 2011 adalah
sebagai berikut:
1. Berukuran
mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil yang dapat kita
lihat.
2. Penyebarannya
berdampak banyak, maksudnya bukan hanya berdampak pada lingkungan yang terkena
limbah saja melainkan berdampak pada sektor-sektor kehidupan lainnya, seperti
sektor ekonomi, sektor kesehatan dan lain-lain.
3. Berdampak
jangka panjang (antargenerasi), maksudnya masalah limbah tidak dapat
diselesaikan dalam waktu singkat. Sehingga dampaknya akan ada pada generasi
yang akan datang.
2.1.1
Pengelompokan Limbah
Limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Berdasarkan
Wujudnya
a.
|
b. Limbah cair, adalah jenis limbah yang
memiliki fisik berupa zat cair misalnya: air hujan, rembesan AC, Air cucian,
air sabun, minyak goreng buangan, dan lain-lain.
c. Limbah padat merupakan jenis limbah
yang berupa padat, contohnya: Bungkus jajanan, plastik, ban bekas, dan lain-lain.
2. Berdasarkan Sumbernya
a. Limbah industri yaitu limbah yang dihasilkan oleh
pembuangan kegiatan industri.
1. Limbah
Pertanian yaitu limbah yang ditimbulkan karena kegiatan pertanian.
2. Limbah
pertambangan yaitu adalah limbah yang asalnya dari kegiatan pertambangan.
3. Limbah
domestik; Yakni limbah yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan
pemukiman-pemukiman penduduk yang lain.
3. Berdasarkan
Senyawanya
a. Limbah organik, merupakan limbah yang
bisa dengan mudah diuraikan (mudah membusuk), limbah organik mengandung unsur
karbon. Contoh limbah organik dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya kotoran manusia dan hewan.
b. Limbah anorganik, adalah jenis limbah
yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak bisa
membusuk), limbah anorganik tidak mengandung unsur karbon. Contoh limbah
anorganik adalah Plastik dan baja.
4.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Selain pengelompokan limbah-limbah diatas masih ada lagi
jenis limbah yang lain, yakni limbah B3. Limbah B3 sendiri merupakan jenis
limbah yang sangat berbahaya, suatu limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3
jika mengandung bahan yang berbahaya serta beracun karena sifat dan
konsentrasinya bisa mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia dan
lingkungan. Limbah B3 sendiri masih memiliki beberapa karateristik lagi yakni :
beracun, mudah meledak mudah terbakar, bersifat korosif, bersifat reaktif,
dapat menyebabkan infeksi dan masih banyak lagi.
2.1.2 Cara Penanganan Limbah
Limbah, baik
limbah cair, padat, gas dan limbah B3 memiliki cara tersendiri dalam penanganan
pembuangan. Limbah B3 tidak bisa disamakan pembuangannya dengan limbah cair
ataupun limbah padat begitu pula sebaliknya. Untuk penanganan limbah cair
sendiri masih dibagi lagi menjadi beberapa bagian, untuk lebih jelasnya
perhatikan bagaimana cara penanganan limbah di bawah ini.
a. Penanganan
limbah Cair
Penanganan limbah
Cair sangatlah sulit, setiap bahan yang berbeda harus ditangani dengan cara
yang berbeda pula. Dalam penanganan limbah cair terdapat beberapa cara yaitu
sebagai berikut ini:
- Pengolahan primer
- Pengolahan sekunder
- Pengolahan tersier
- Desinfeksi
- Pengolahan lumpur
b. Pengolahan
limbah padat
Pada pengolahan
limbah padat berbeda dengan penanganan limbah cair, dalam penanganan limbah
padat dibagi dalam beberapa cara yaitu :
- Penimbunan terbuka
- Sanitary landfill
- Daur ulang
- Insinerasi
- Dijadikan kompos
c. Pengolahan
limbah Gas
Untuk penanganan
limbah gas lebih ditekankan pada bagaimana mencegah gas pencemar tersebut
mencemari lingkungan, misalnya dengan memasang filter (penyaring) pada knalpot
kendaraan bermotor, pengendap siklon, mengontrol emisi gas buang dan masih
banyak lagi.
d. Pengolahan
limbah B3
Pengolahan limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) memiliki cara yang berbeda, berhubung jenis
limbah ini bisa menimbulkan bahaya bagi lingkungan maka penanganan dengan benar
haruslah diperhatikan. Untuk pembuangan limbah B3 haruslah berhati-hati karena
tidak bisa dibuang begitu saja, limbah haruslah diolah terlebih dahulu baik
melalui pengolahan fisik, biologi dan kimia dengan tujuan dapat menghilangkan
efek berbahaya yang terdapat didalam limbah. Berikut ini beberapa cara
pengolahan limbah B3:
- Kolam penyimpanan (surface impoundments)
- Sumur dalam/Sumur injeksi
- Secure landfill untuk limbah B3
( http://www.miung.com/pengertian-limbah-pengelompokan-limbah.html
)
2.2
Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun
besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. ×paradisiaca)
menghasilkan buah
konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan
kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua
buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika
matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau
bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat)
dan mineral, terutama kalium. Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah tanaman pisang :
Kerajaan : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Musales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain
menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang
kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga
mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
2.2.1 Manfaat
Buah Pisang
Buah pisang memiliki banyak manfaat di antaranya dapat membantu
mengatasi depresi, menambah energi dan mempertahankan gula darah, melindungi
kram otot selama latihan dan kram kaki saat malam, menetralkan kehilangan
kalsium saat buang air kecil dan membangun tulang yang kuat, mengurangi
pembengkakan, melindungi dari resiko diabetes tipe II, membantu untuk
menurunkan berat badan, memperkuat sistem saraf, dan membantu produksi sel
darah putih. Semua dikarenakan tingginya kadar vitamin B-6. Pisang juga kaya
dengan kalium dan rendah garam, dan dipercaya mampu menurunkan tekanan darah,
melindungi dari resiko serangan jantung dan stroke. Dan pisang kaya pektin,
membantu melembutkan senyawa racun dan logam berat dari tubuh.
2.3
Kulit
Pisang
Kulit pisang merupakan
bagian terluar dari pisang, yang melindungi buah dari kontaminan luar. Kulit pisang dikenal memiliki sifat antijamur
dan antibiotik. Serta kaya vitamin, mineral, dan serat. Berikut adalah beberapa
manfaat kulit pisang, yaitu sebagai berikut :
a. Obat Alami
untuk Psoriasis
b. Mengobati
Jerawat
c.
Mengobati
Kutil
d.
Mempercantik
Kulit
e.
Mengatasi
Iritasi & Gatal
f.
Mengobati
Luka
g.
Memutihkan
Gigi
h.
Mengatasi
Gigitan Nyamuk
i.
Mengkilapkan
Aksesoris Perak & Kulit
j.
Pupuk Kompos
2.4
Pektin
Pektin merupakan polimer
dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan 1,4 glikosidik (Hart, et al., 2003). Pektin
diperoleh dari dinding sel tumbuhan daratan.
Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang. Sebagian
gugus karboksil pada polimer pektin mengalami esterifikasi dengan metil
(metilasi) menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat
atau pektin. Asam pektinat ini bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk
gel seperti yang terjadi pada pembuatan selai. Derajat metilasi atau jumlah
gugus karboksil yang teresterifikasi dengan metil menentukan suhu pembentukan
gel. Semakin tinggi derajat metilasi semakin tinggi suhu pembentukan gel.
Gambar 1. Rumus Struktur Pektin
Pektin pada tanaman
banyak terdapat pada lapisan kulit pada buah. Pektin dapat membentuk gel dengan bantuan adanya asam dan gula. Penggunaannya yang paling umum adalah sebagai
bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly.
Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta
sebagai stabiliser emulsi untuk jus buah
dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam
makanan.
Pektin merupakan produk karbohidrat yang dimurnikan dan diperoleh dari
ekstrak asam encer dari bagian dalam kulit buah jeruk sitrus atau apel,
terutama terdiri dari asam poligalakturonat yang termetoksilasi sebahagian.
Berbentuk serbuk kasar atau halus, berwarna putih kekuningan, hampir tidak
berbau dan memiliki rasa seperti musilago. Hampir larut sempurna dalam 20
bagian air, membentuk cairan kental, praktis tidak larut dalam etanol atau
pelarut organik lainnya (Ditjen POM, 1995).
2.4.1 Sifat Pektin
Ditinjau dari sifat fisika
pektin dapat bersifat koloid reversibel, yaitu dapat dilarutkan dalam air,
diendapkan, dikeringkan dan dilarutkan kembali tanpa perubahan sifat fisiknya.
Pada penambahan air pada pektin kering akan terbentuk gumpalan seperti pasta
yang kemudian menjadi larutan. Proses tersebut dapat dipercepat dengan ekstraksi
dan penambahan gula. Larutan pektin yang berupa larutan koloid bereaksi asam
terhadap lakmus, tidak larut dalam alkohol dan dalam pelarut organik lainnya
seperi metanol, aseton, atau propanol. Kelarutan pektin akan meningkat dengan
derajat esterifikasi dan turunnya berat molekul. Semakin mudah pektin larut
dalam air maka akan semakin mudah untuk mengendapkannya dengan suatu
elektrolit. Larutan dari pektin bersifat asam karena adanya gugus karboksilat.
Pemanasan dengan asam akan
menyebabkan hidrolisis gugus ester metil, seperti halnya hidrolisa ikatan
glikosida yang akhirnya menjadi asam galakturonat (Cruess, 1988). Berat molekul
rata-rata preparat pektin sangat bervariasi, berkisar antara 30.000 hingga
300.000, tergantung pada sumber, metode pembuatan dan metode pengukuran.
Sedangkan viskositas larutan pektin bergantung pada berat molekul, derajat
esterifikasi, pH, temperatur dan konsentrasi elektrolit. Peningkatan
konsentrasi elektrolit akan menyebabkan menurunnya viskositas (Kirk dan Othmer,
1967).
2.4.2 Ekstraksi Pektin
Ekstraksi pektin dapat
dilakukan secara biokimia dan kimia. Secara kimia pektin dapat diekstraksi dari
jaringan tanaman dengan pemanasan dalam asam encer sedangkan ekstraksi secara
biokimia dengan menggunakan enzim, dimana enzim-enzim ini berperan pada
degradasi hidrolitik dari subtansi pektin yang terdiri dari pektin
metilesterase dan pektin poligalakturonase (Kirk dan Othmar, 1967).
Ekstraksi pektin secara
kimia dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi dari berbagai kulit buah-buahan
segar dengan pemanasan pada suhu 70-75°C selama satu jam dalam asam encer pada
pH 4,5 menggunakan asam yang sesuai seperti asam klorida. Pektin dalam filtrat
diendapkan dengan menggunakan etanol 96% (Ranganna, 2000).
Lamanya waktu ekstraksi yang
dilakukan mempengaruhi berat pektin yang didapat, semakin lama waktu ekstraksi
yang dilakukan maka semakin besar pula berat pektin yang diperoleh dan kenaikan
berat pektin sejalan dengan peningkatan suhu pada proses ekstraksi dilakukan.
Pencucian pektin dengan alkohol menghasilkan jumlah pektin yang tidak terlalu
jauh dengan pencucian tanpa menggunakan alkohol, namun pektin yang dihasilkan
memberikan warna yang lebih baik yaitu putih kekuningan (Akhmalludin dan
Kurniawan, 2005).
Pektin yang lebih mudah
larut dalam air dapat diperoleh dengan memodifikasi pH dan suhu pada metode
ekstraksi. Pektin yang diperoleh dengan cara ini memiliki rantai lebih pendek
dan tidak bercabang sehingga akan lebih mudah larut dibandingkan pektin yang
memiliki rantai yang lebih panjang (Wong,
et al., 2008).
2.4.3 Penggunaan Pektin
Pektin digunakan dalam
bidang industri makanan dan dalam bidang farmasi. Dalam bidang makanan pektin
digunakan sebagai bahan pembentuk gel untuk pembuatan jam dan jelly. Dimana
kemampuan pektin membentuk gel tergantung pada kandungan gugus metoksilnya.
Kemampuan pektin untuk dapat membentuk gel merupakan sifat yang unik dari
pektin. Penggunaan pektin selain dari pembentuk gel pektin juga digunakan dalam
produk buah-buahan kemasan, juice dan es krim sebagai penstabil (Cruess, 1988).
Penggunaan pektin dalam
bidang farmasi digunakan untuk diare, dimana pektin bekerja sebagai adsorbent
dalam usus dan juga digunakan untuk obat luka sebagai hemostatik agent. Selain
itu pektin digunakan sebagai anti koagulan yang memiliki efek heparin dan juga
dapat digunakan untuk menurunkan kolesterol darah pada diet kolesterol. Juga
telah dilakukan penelitian penggunaan pektin juga dapat digunakan sebagai
antidotum yang efektif terhadap keracunan logam berat, melalui pembentukan garam-garam
yang tidak larut (Kirk dan Othmer, 1967).
2.5
Prosedur Kerja Pengolahan Limbah Kulit Pisang Menjadi Pektin
2.5.1
Alat dan Bahan
1.5.1.1
Alat
1. Standar dan klem holder
2. Labu leher tiga
3. Water bath
4. Motor pengaduk
5. Pendingin balik
6. Termometer
7. Pemanas
8. Termo kontrol
9. Termokopel
10. Neraca Analitik
2.5.1.2
Bahan
1. Kulit Pisang
2.
HCl 0,05 N
3. Etanol 96 %
2.5.2
Cara Kerja
Kulit pisang dicuci dan dikeringkan di
bawah sinar matahari, setelah kering kulit pisang tersebut dihancurkan
menggunakan blender. Masukkan 15 gram kulit pisang kering tersebut dalam labu
dan sebagai pelarut digunakan Asam Klorida 0,05 N sebanyak 500 ml. Kemudian
dilakukan ekstraksi selama 1 – 2 jam dengan suhu 70 - 750C. Setelah
diekstraksi, bahan disaring dengan kertas saring dalam keadaan panas. Filtrat
dari hasil penyaringan ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan volume 1 :
1 sambil diaduk sehingga terbentuk endapan. Presipitat dipisahkan dari
larutannya dengan cara disaring dengan menggunakan kertas saring. Dilakukan
pemurnian presipitat dengan menggunakan etanol secara berulang-ulang. Setelah
itu dikeringkan dalam oven pada suhu 37 - 450C sampai diperoleh berat yang
konstan. Pektin kering ditimbang sebagai hasil.