BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, banyak makanan atau minuman yang dijual dipasaran. Makanan tersebut dikemas sebaikmungkin oleh produsennya. Kebanyakan dari makanan ataupun minuman tersebut menggunakan penyedap rasa, pewarna, pemanis dan pengawet buatan. Hal itu tidak akan berguna dalam tubuh kita. Dan justru akan menjadi penyakit di dalam tubuh.
Oleh karena itu, dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat menemukan makanan atau minuman yang bernilai gizi tinggi dan dapat dicerna oleh usus dalam tubuh, yaitu makanan atau minuman hasil fermentasi. Dimana pembuatan makanan atau minuman tersebut dibantu oleh mikroorganisme tanpa bantuan oksigen. Banyak sekali jenis makanan atau minuman hasil fermentasi. Pada umumnya makanan atau minuman fermentasi memiliki banyak keuntungan. Sedangkan kerugiannya akan ada jika mengkonsumsi makanan atau minuman fermentasi yang bersifat alkohol secara berlebihan. Minuman ini akan memberikan rasa panas dan mabuk pada diri kita. Dan juga dapat merusak bagian dalam organ tubuh. Namun, sebagai konsumen pernahkah terpikirkan tentang kualitas dan asal pembuatan dari makanan atau minuman tersebut. Serta apa jenis mikroorganisme yang memfermentasi dan bagaimana bentuknya. Untuk itu, perlu kiranya dilakukan analisis mengenai makanan atau minuman hasil fermentasi tersebut.
1.2 ATujuan Analisis
Adapun tujuan dari analisis ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara melakukan analisis mikrobiologi makanan dan minuman hasil fermentasi (kecap manis). Serta mampu melakukannya.
2. Untuk mengetahui dan menghitung jumlah koloni mikroba yang terdapat di dalam kecap manis.
3. Untuk mengidentifikasi jenis mikroba yang tumbuh dalam biakan kecap manis.
4. Untuk mengidentifikasi mikroba fermentasi pada kecap manis ( jamur Aspergillus wentii).
1.3 Manfaat Analisis
Adapun manfaat dari analisis ini adalah :
1. Dapat melakukan analisis mikrobiologi pada makanan dan minuman hasil fermentasi.
2. Dapat melakukan perhitungan koloni mikroba dengan metoda SPC.
3. Dapat melakukan identifikasi jenis mikroba yang tumbuh pada media biakan.
4. Dapat melakukan identifikasi terhadap mikroba fermentasi kecap manis ( jamur Aspergillus wentii ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Fermentasi
Ada beberapa pengertian fermentasi, yaitu :
Respirasi dalam lingkungan anaerob dengan tanpa aseptor electron eksternal.
Suatu proses dimana komponen – komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba.
Penguraian metabolik senyawa organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi dan umumnya berlangsung pada kondisi anaerob dengan pembebasan gas.
Proses perombakan senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
2.1.2 Makanan Fermentasi
Nilai gizi bahan makanan yang dihasilkan dengan fermentasi biasanya lebih tinggi daripada bahan dasarnya.
Dengan fermentasi sejumlah karbohidrat dan protein akan dirombak menjadi bagian yang lebih sederhana yang lebih mudah larut dan dicerna.
Proses perombakan biasanya dikerjakan oleh beberapa enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang aktif dalam bahan makanan tersebut.
Perombakan karbohidrat akan menghasilkan beberapa macam bagian seperti alcohol dan asam. Protein dirombak menjadi bagian peptida, asam amino dan amoniak. Beberapa komponen hasil perombakan yang volatil (mudah menguap) akan memberikan flavor yang spesifik pada bahan makanan tersebut.
Untuk memperbaiki kualitas makanan fermentasi perlu diperhatikan seleksi mikroba yang digunakan untuk menghindari mikroorganisme lain yang menghasilkan zat racun.
2.1.3 Manfaat Makanan Fermentasi
Menyelamatkan makanan dari berbagai masalah makanan.
Penganekaragaman pangan.
Memperpanjang masa penyimpanan.
Meningkatkan daya cerna.
Menambah flavor / aroma / rasa.
Menghilangkan bau yang tidak diinginkan.
2.1.4 Macam – macam Produk Fermentasi
Ada banyak macam makanan / minuman hasil fermentasi, beberapa diantaranya adalah:
a. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ("ragi tempe"). Selain itu, terdapat pula makanan serupa tempe yang tidak berbahan kedelai yang juga disebut tempe. Tempe berbahan dasar non-legum mencakup tempe mungur (dari biji mungur, Enterolobium samon), tempe bongkrek (dari bungkil kapuk atau ampas kelapa, terkenal di daerah Banyumas), tempe garbanzo (dari ampas kacang atau ampas kelapa, banyak ditemukan di Jawa Tengah), tempe biji karet (dari biji karet, ditemukan di daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan), dan tempe jamur merang (dari jamur merang). Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”.
Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakan senyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana adalah penting dalam fermentasi tempe, dan merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas tempe, yaitu sebagai sumber protein nabati yang memiliki nilai cerna amat tinggi. Kandungan protein yang dinyatakan sebagai kadar total nitrogen memang tidak berubah selama fermentasi. Perubahan terjadi atas kadar protein terlarut dan kadar asam amino bebas.
b. Yoghurt
Yoghurt dibuat dengan memasukkan bakteri spesifik ke dalam susu di bawah temperatur yang dikontrol dan kondisi lingkungan, terutama dalam produksi industri. Bakteri merombak gula susu alami dan melepaskan asam laktat sebagai produk sisa. Keasaman meningkat menyebabkan protein susu untuk membuatnya padat. Keasaman meningkat (pH=4-5) juga menghindari proliferasi bakteri patogen yang potensial. Di AS, untuk dinamai yoghurt, produk harus berisi bakteri Streptococcus salivarius subsp, thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus.
Pada kebanyakan negara, produk mungkin disebut yoghurt hanya jika bakteri hidup ada di produk akhir. Produk yang telah dipasteurisasi, yang tidak punya bakteri hidup, disebut susu fermentasi (minuman).
Yoghurt yang telah dipasteurisasi memiliki rentang hidup yang panjang dan tidak
membutuhkan kulkas. Yoghurt kaya akan protein, beberapa vitamin B, dan mineral yang penting. Yoghurt memiliki lemak sebanyak susu darimana ia dibuat. Karena struktur laktosa yoghurt dirusak, maka yoghurt bisa dikonsumsi orang yang alergi terhadap susu. Yoghurt kaya dengan vitamin B.
c. Susu
Bakteri probiotik dalam susu fermentasi telah terbukti secara klinis dapat menyehatkan saluran pencernaan manusia. Bakteri probiotik sendiri berarti suplemen mikroba hidup yang memberikan efek positif terhadap manusia dan hewan dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora usus. Habitat aslinya yaitu usus manusia maupun hewan. Umumnya, bakteri probiotik merupakan bakteri asam laktat, namun tidak semua bakteri asam laktat adalah bakteri probiotik. Sebagai contoh, bakteri asam laktat yang bukan probiotik yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
Ajinomoto Calpis Beverage Indonesia, dalam perkembangannya susu dari sumber nabati pun dapat dibuat menjadi produk susu fermentasi, misalnya soyghurt dari susu kacang kedelai, dan miyoghurt dari santan kelapa. Dalam skala komersial sekarang ini susu yang digunakan pada umumnya susu segar atau susu rekonstitusi (bisa campuran susu bubuk fulkrim dan susu bubuk skim atau hanya susu bubuk skim saja).
Proses fermentasi yang berlangsung dapat melibatkan mikroorganisme tunggal maupun campuran dari spesies bakteri ataupun khamir. Fermentasi yang terjadi mengubah laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Namun, ada beberapa jenis susu fermentasi lain juga melibatkan fermentasi alkohol.
Masing-masing mikroorganisme menghasilkan karakteristik fisik yang berbeda di akhir proses fermentasi, terutama dalam hal tekstur, flavor, dan aroma. Umumnya, starter kultur campuran dapat memberikan kombinasi flavor dan aroma yang lebih baik terhadap produk akhir. Mikroorganisme yang digunakan sebagai starter harus memiliki viabilitas yang tinggi, aktif, dan tersedia dalam jumlah yang banyak selama waktu penyimpanannya sampai saat dikonsumsi. Syarat minimal jumlah bakteri yang terkandung dalam minuman susu fermentasi adalah 106-109 koloni/ml saat produk tersebut dikonsumsi sehingga mampu memberikan pengaruh positif bagi kesehatan.
Beberapa jenis susu fermentasi diantaranya adalah yoghurt, susu asidofilus, kefir, dan koumiss. Namun, tidak semuanya beredar di Indonesia dalam bentuk siap minum. Bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus dan Streptococcus thermophilus sebagai kultur starter, memfermentasi susu menghasilkan yoghurt yang selama ini sering dikonsumsi dan banyak tersedia di pasaran. Susu asidofilus menggunakan bakteri Lactobacillus acidophilus, sedangkan kefir diproduksi dengan bantuan beberapa mikroorganisme antara lain Lactobacillus kefiri, beberapa genera dari Leuconostoc, Lactococcus, dan Acetobacter, serta beberapa jenis ragi yaitu Kluyveromyces marxianus, Saccharomyces unisporus, Saccharomyces cerevisiae, dan Saccharomyces exiguus. Koumiss dihasilkan dari proses fermentasi oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus dan Kluyveromyces marxianus.
Beberapa spesies yang sering digunakan antara lain Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium breve, dan Lactobacillus casei.
d. Tape
Reaksi yang berlangsung dalam keadaan anaerobik pada fermentasi tape adalah sebagai berikut:
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + produk samping
Pada percobaan ini digunakan glukosa sebagai substrat utama. Hal ini disebabakan struktur model glikosa yang sederhana sehingga mudah digunakan oleh Saccharomycess cereviceae. Glukosa digunakan sebagai sumber energi dan sumber karbon yang digunakan untuk membentuk material penyusun sel baru. Glukosa disebut juga reducing sugar sehingga pemanfaatannya oleh Saccharomycess cereviceae dilakukan dengan mengoksidasi glukosa.
Inokulum tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti. Dwidjoseputro & Wolf (1970) merupakan salah satu peneliti pertama yang berusaha mengidentifikasi mikroorganisme dari ragi tape dan berhasil mengidentifikasi dua spesies khamir yaitu Candida lactosa dan Pichia malanga. Djien (1972) adalah peneliti lain yang berhasil mengidentifikasi kapang Chlamydomucor oryzae, lima spesies dari genus Mucor dan satu spesies Rhizopus, serta khamir Pichia burtonii dan Endomycopsis fibuliger dari ragi tape. Chlamydomucor oryzae merupakan sinonim dari Amylomyces rouxii, dan nama terakhir tersebut merupakan nama yang sekarang digunakan (Ellis et al. 1976), Endomycopsis fibuliger dan Candida lactosa merupakan sinonim dari Saccharomycopsis fibuligera (Barnett et al. 2000), sedangkan Pichia malanga merupakan sinonim Saccharomycopsis malanga (Barnett et al. 2000). Penelitian-penelitian terbaru mengungkapkan spesies-spesies lain yang terdapat dalam ragi tape selain yang telah disebutkan di atas, antara lain khamir Candida utilis dan Saccharomyces cerevisiae,serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. (Gandjar 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Pada beberapa daerah, seperti Bali dan Sumatera Utara, cairan yang terbentuk dari pembuatan tape tersebut diambil dan diminum sebagai minuman beralkohol.
e. Perbedaan Fermentasi dengan Pembusukan
Fermentasi hampir sama dengan pembusukan, yaitu reaksi kimia karena pengaruh mikroorganisme. Pembusukan merupakan perubahan kimia yang merugikan karena materi menjadi rusak dan terbuang, sedangkan fermentasi merupakan perubahan kimia yang menguntungkan. Fermentasi termasuk perubahan kimia karena makanan yang difermentasi akan lebih lunak, lebih harum, dan rasanya berbeda. Misalnya, pada pembuatan tape ketan dan tape singkong. Tape ketan terbuat dan beras ketan, sedangkan tape singkong terbuat dan singkong. Dengan cara fermentasi, beras ketan dan singkong berubah menjadi tape. Tape mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan pembuatnya. Selain itu, tape tidak dapat dikembalikan menjadi beras ketan atau singkong.
Contoh lain perubahan kimia karena fermentasi adalah pembuatan tauco dan kedelai, pembuatan kecap dan kedelai, dan pembuatan vetsin/MSG dan tetes tebu.
Perbedaan fermentasi dan pembusukan:
Fermentasi:
1. Menggunakan mikrobia tertentu.
2. Bahan yang diuraikan karbohidrat.
3. Tidak menimbulkan bau busuk (menghasilkan CO2).
4. Dalam kondisi terkontrol.
Pembusukan:
1. Semua mikrobia.
2. Bahan yang diuraikan protein.
3. Menimbulkan bau busuk (menghasilkan gas hidrogen sulfida, belerang, racun).
4. Tidak terkontrol.
Enzim adalah substansi yang reaktif yang mengendalikan reaksi kimia fermentasi makanan.
Syarat yang digunakan untuk mikrobia:
- Mampu tumbuh dengan cepat dalam substrat dan lingkungan yang kosong.
- Mudah membudidayakan dalam jumlah besar.
- Mikrobia memerlukan kondisi lingkungan yang sederhana.
- Mampu menghasilkan enzim yang diinginkan.
Plasmolisis adalah keluarnya cairan dari sel yang menyebabkan sel itu kering dan mati
Contoh bakteri yang menguntungkan:
- Steptococcus lactis (pada mentega dan keju)
- Steptococcus thermophilus (pada yoghurt)
- Lactobacillus bulgaricus (pada keju)
- Rhizopus (pada tempe)
- Sacharomyces sereviceae (pada kecap dan tempe)
- Sacharomyces lactis (pada fermentasi susu)
- Acetobacter xyllium (pada nata de cocco)
Contoh bakteri merugikan (mikrobia kontaminan biasanya menghasilkan toxin):
- Pseudomonas cocovenans (pada tempe bongkrek)
- Aspergillus flavus (pada kacang tanah)
- Pinicillium citrinum (pada roti & biji-bijian)
- Phicia (pada wine)
- Torulops (pada susu)
- Candida (pada asinan)
- Clostridium botulinum (pada produk makanan kaleng)
Tujuan fermentasi secara khusus:
-mengendalikan pertumbuhan mikrobia.
-mempertahankan gizi yang dikehendaki.
-menciptakan kondisi kurang memadai untuk mikrobia kontaminan.
No. Nama produk atau makanan Bahan baku Bakteri yang berperan
1. Yoghurt susu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2. Mentega susu Streptococcus lactis
3. Terasi ikan Lactobacillus sp.
4. Asinan buah-buahan buah-buahan Lactobacillus sp.
5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae
6. Kefir susu Lactobacillus bulgaricus dan Srteptococcus lactis
• Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan.
• Pseudomonas cocovenenans, menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek
• Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Jenis Penelitian
Analisis ini merupakan eksperimen skala laboratorium yang menganalisis mikrobiologi makanan dan minuman hasil fermentasi.
3.2 Tempat dan Waktu Populasi
Analisis ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Menengah Analis Kimia Padang, pada tanggal 25 November sampai 01 Desember 2010. Tepatnya pukul 09.45.
3.3 Sampel
Sampel yang dianalisis adalah makanan atau minuman hasil fermentasi, yaitu Kecap Manis ABC.
3.4 Instrument Analisis
a. Alat
1. Tabung reaksi 10 mL ( kuvet )
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu spritus
4. Cawan Petri
5. Inkubator
6. Autoklaf
7. Pipet takar 10 mL
8. Pipet takar 1 mL
9. Erlenmeyer 250 mL
10. Gelas Piala 250 mL
b. Bahan
1. Media PCA
2. Media PDA
3. Alkohol 70 %
4. Kecap Manis
5. Kertas putih
6. Larutan pengencer (BPW)
3.5 Eksperimental
1. Pastikan peralatan yang digunakan telah bersih, kering, dan steril.
2. Dipipet larutan pengencer sebanyak 9 mL dan dimasukkan masing – masing ke dalam 3 buah kuvet. Dan disterilkan di dalam autoklaf.
3. Setelah steril, dipipet sampel kecap manis sebanyak 1 mL dengan menggunakan pipet takar 1 mL dan dimasukkan ke dalam kuvet pertama. Lalu dihomogenkan. Dan inilah pengenceran dengan konsentrasi 10-1. Kemudian dipipet 1 mL dari pengenceran pertama sebanyak 1 mL dan dimasukkan pada kuvet yang kedua, homogenkan dan inilah penganceran dengan konsentrasi 10-2. Kemudian dipipet 1 mL dari pengenceran kedua sebanyak 1 mL dan dimasukkkan ke dalam kuvet yang ketiga. Dan dihomogenkan. Inilah pengenceran dengan konsentrasi 10-3. Lakukan masing – masing pekerjaan di depan api spritus. Jangan lupa memberi label pada kuvet.
4. Untuk pembiakan, dipipet sample dengan konsentrasi pengenceran 10-1, 10-2, 10-3 ke dalam 3 buah cawan petri, masing – masing 1 mL. Lakukan didepan api spritus.
5. Kemudian, untuk mengidentifikasi, sample dengan konsentrasi pengenceran 10-1 ditambahkan media PDA ( media untuk pertumbuhan jamur, karena mikroba fermentasi kecap adalah jamur Aspergillus wentii ). Lakukan didepan api spritus. Lalu homogenkan dan tunggu hingga media membeku.
6. Sedangkan untuk melakukan perhitungan dengan ALT (Angka Lempeng Total), sample dengan konsentrasi pengenceran 10-2 dan 10-3 ditambahkan media PCA. Lakukan didepan nyala spritus. Lalu dihomogenkan dan tunggu hingga media membeku.
7. Setelah media membeku, bungkus ketiga cawan petri tersebut, beri label dan masukkan ke dalam inkubator. Kemuadian amati perkembangbiakannya, untuk jamur dapat diamati selama 4 – 7 hari . Dan untuk bakteri dapat diamati selama
2 X 24 jam. Lakukan identifikasi mikroba secara makroskopis dan hitung jumlah mikroba yang tumbuh dengan metoda hitungan cawan SPC.
3.6 Analisis Data
Kelompok 9 B
Konsentrasi pengenceran :
10-2 10-3
224 21
( 28 koloni/mL x 8 = 224 koloni/mL )
Karena 21 < 30 (tidak memenuhi ketentuan SPC), maka diambil pengenceran 10-2. Sehingga menjadi :
Jumlah koloni = 224 x 1/10-2
= 224 x 102
= 22400
= 2,2 x 104 koloni/mL
Kelompok 10 B
Konsentrasi pengenceran :
10-2 10-3
192 17
(24 koloni/mL x 8 = 192 koloni/mL)
Karena 17 < 30 (tidak memenuhi ketentuan SPC), maka diambil pengenceran 10-2. Sehingga menjadi :
Jumlah koloni = 192 x 1/10-2
= 192 x 102
= 19200
= 1,9 x 104 koloni/mL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
KELOMPOK SAMPEL
TOTAL MIKROBA YANG TUMBUH PER mL JENIS MIKROBA YANG TUMBUH CIRI – CIRI MAKROSKOPIS
9 B Kecap Manis 2,2 x 104 Jamur Bentuk menyebar, warna spora putih, hijau. Dan jamur kontaminasinya berwarna hitam, hijau tua.
10 B Kecap Manis 1,9 x 104 Bakteri Bentuk tepi licin, bentuk permukaan cembung, bentuk koloni bundar dan warnanya krem.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa jenis mikroba yang tumbuh pada kelompok 9 B adalah jamur ( Aspergillus wentii ) dan beberapa jamur kontaminasi. Sedangkan pada kelompok 10 B jenis mikroba yang tumbuh adalah bakteri dan tidak ada jamur yang tumbuh, padahal jenis sampel yang sama, yaitu kecap manis. Memang, yang seharusnya tumbuh adalah jamur, sebab mikroba yang memfermentasi kecap manis adalah jamur. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan jamur tertekan oleh bakteri. Sehingga jamur tidak dapat tumbuh. Oleh karena itu, biasanya, untuk mengantisipasi masalah ini, sebelum di biakkan media biakan harus ditambahkan antibiotic terlebih dahulu. Sehingga bakteri tidak tumbuh. Untuk analisis ini cukup dilakukan pengenceran sampai konsentrasi 10-3, karena kemungkinan mikrobanya tidak terlalu banyak , sebab kecap manis tersebut dikemas sebaikmungkin oleh produsennya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah koloni mikroba yang terdapat dalam kecap manis adalah sebanyak 2,2 x 104 koloni/mL ( Kelompok 9 B ) dan 1,9 x 104 koloni/mL ( Kelompok 10 B ). Dan kecap manis ini berkualitas baik.
2. Pada kelompok 9 B , mikroba yang tumbuh adalah jamur fermentasi kecap (Aspergillus wentii) dan beberapa jamur kontaminasi. Sedangkan pada kelompok 10 B , mikroba yang tumbuh adalah bakteri.
5.2 Saran
Sesuai dengan praktikum yang telah dilakukan, penulis menyarankan kepada pembaca selaku konsumen untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap makanan / minuman hasil fermentasi yang dibuat oleh produsennya. Dan pastikan memilih produk yang telah dikemas sebaikmungkin dan memiliki kualitas yang baik. Dan untuk analis, dalam praktikum ini, penulis menyarankan agar menambahkan antibiotic ke dalam media biakan (PDA), agar jamur dapat tumbuh dengan baik dan tidak dikontaminasi oleh bakteri atau mikroba lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, R. M. 1995. Principle of Microbiology. St Louis : Mosby
Holt, Jc, Bargey DH. 1994. Bargey’s Manual of Determinative Bacteriology (Edisi ke-9th ed.). Baltimore : Williams and Wilkins.
http : // wimvynurbahri.blogspot.com
http :// id. Wikipedia . org / wiki / kategori : Makanan – Hasil - Fermentasi
W. Desrosier, Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI - Press
LAMPIRAN
TABEL ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN
HASIL FERMENTASI
No Kelompok Sampel Total Mikroba yang Tumbuh Jenis Mikroba yang Tumbuh Ciri – cirri Makroskopis
1 1, 2 A Kecap Manis < 3,0 x 103 (5,0 x 102) Bakteri, Jamur Spora berwarna hitam dan hijau, bakteri berwarna krem dan kuning.
2 1, 2 B Keju 4,1 x 103 Bakteri Berlendir, kuning kecoklatan, melengkung dan bergerigi.
3 3, 4 A Yakult 1,3 x 104 Bakteri Berlendir, bulat, tak beraturan, datar, putih.
4 3, 4 B Tauco TBUD Bakteri Berlendir, tak beraturan,permukaan datar, menyebar.
5 5, 6 A Tuak
<3,0 x 103 (2,5 x 103) Bakteri Berwarna krem, datar dan berombak.
6 5, 6 B Tape Ketan 2,5 x 104 Jamur Spora berwarna hitam kecoklatan, bentuknya menyebar.
7 7, 8 A Cuka <3,0 x 103 (4,0 x 102) Bakteri Berwarna kuning, bulat, datar, dan licin.
8 7, 8 B Yakult 1,3 x 104 Bakteri Berwarna krem keputihan, datar, menyebar, tidak beraturan, berbelah.
9 9, 10 A Tape Ubi 2,8 x 104 Jamur Bentuk koloni menyebar, warna spora putih.
10 9, 10 B Kecap Manis 2,2 x 104
Dan
1,9 x 104 Bakteri, Jamur Bentuk tepi licin, cembung, bundar, dan berwarna krem. Spora jamur berwarna putih dan hijau. Jamur kontaminasi berwarna hitam dan hijau tua.
11 11 A Tempe TBUD Bakteri, Jamur Warna spora abu-abu, bentuk koloni menyebar.
12 11 B Cuka <3,0 x 103 (1,5 x 102) Bakteri, Jamur Warna koloni bakteri kuning pudar.